Legenda Keith Mallory, yg konon orang kulit putih pertama sampai di puncak Everest sebelum Edmund Hillary pernah ditanya mengapa dirinya suka mendaki gunung ? Mallory menjawab apologetik “Karena dia ada (di sana)”.
Mungkin saat itu yg diingatnya adalah ucapan Rene Descartes “Cogito Ergo Sum”, saya berfikir maka saya ada. Slebor saja Mallory menjawab dan jika dipanjang2in menjadi “kalo gunung itu tidak ada, ya saya tidak mendakinya”. Kutipan nggak jelas ini sangat terkenal di dunia “KangOuw” pendaki gunung.
Apa hubungan dengan IGI ? Sangat personal. Karena, entah sudah tertakdir, “puncak puncak” dan “kebaruan” itu seakan akan selalu membayangi perjalanan hidupku. Seringkali, ambisi dan impian menjadi “penakluk puncak” baru muncul begitu saja dan dijalankan begitu saja.
IGI adalah “Gunung” saya dan pak Satria, dan kami berdua mengajak kawan kawan untuk “menaklukan” puncaknya. Ketika IGI berdiri maka “It is there” dan “menantang ditaklukan”. Berjibakulah kami mendakinya beramai ramai.
Jelas dalam pendakiannya, di sana ada Agony and Ivory, harapan dan keputusasaan, kesakitan dan kenikmatan, semua yg pernah kita rasakan dan niscaya dlm sebuah perjalanan petualangan.
Ketika IGI sudah besar dan semakin solid dan kukuh, maka saya sudah merasa wajib untuk “turun meninggalkan puncak” ciptaanku dan mencari atau membuat “puncak puncak ” baru untuk ditaklukan, gagal dan sukses dalam “penaklukan” adalah peristiwa yg niscaya terjadi.
Selamat HUT IGI, selamat tinggal “puncakku”, I always be here di kejauhan namun masih terjangkau memandangiku, because it is there…
Achmad Rizali
Sumber: https://www.igi.or.id/menaklukan-puncak-gunung-igi-refleksi-pribadi-hut-igi.html
Posting Komentar